18.12.07

Jemput Bola, Antar Kambing

Ada kejadian seru di kantor temen gue.

Kantornya di daerah Jakarta Selatan, di tengan lautan rumah ekspat berdinding tebal yang dikelilingi penduduk asli Jakarta.

Di deket kantornya banyak lahan nganggur yang sering dijadiin gudang kambing dan sapi setiap menjelang Lebaran Haji seperti sekarang ini. Kesel juga karena bau kotoran binatang-binatang itu sering neyebar seiring besarnya angin di musim pancaroba ini.

“Ga’ deh gue nongkrong di parkiran. Baunya mantap! Apalagi kalau hujan. Wah… “ Gitu komentarnya.

Yang seru, suatu sore, receptionist di bawah nelepon dia, “Mas... Turun bentar dong... Ada yang jual kambing di bawah.”

Temen gue bingung, “Kok lo manggil gue. Lagian maksudnya ada yang jual kambing di bawah apa? Bukannya kandangnya masih ada di samping kantor?”

Si receptionist ga’ kalah ngeyel, “Udah lah, mas... Turun aja.”

Akhirnya temen gue itu turun dan kaget luar biasa karena tepat di lobi kantornya yang penuh mobil, ada seorang bapak membawa 5 kambing dengan ukuran bervariasi. Dari mulai yang bertanduk mini, sampai kambing berjenggot dengan tanduk melingkar sangar.

Si bapak santai aja mukanya, “Mas... Mau beli kambing? Buat lebaran besok... Nih... Cakep-cakep, gagah, sehat dan anti antrax. Yang ini 700 saya lepas, kalo yang super 1,5 juta. Cocok buat orang-orang kaya.“ Logat bicaranya betawi sekali.

Temen gue bingung juga karena baru sekali liat penjual kambing keliling. Pastinya ga’ usah diiringi lagu kayak Ice Cream Wall’s atau teriakan “Boootttiiiiiieeee!!!“ Secara... Buset dah, tuh kambing suaranya... Metal, bo!!!

Pas diceritain, gue juga ngakak dan ga’ nyangka. Hhhmmm... Gue jadi keingetan ilmu marketing tentang “Jemput Bola“. Daripada si bapak ngendon di ’Booth’ kambingnya seharian, mendingan dia keliling ngejajain kambing-kambingnya dengan berbagai tipe. Lagian ga’ ada ruginya juga, kalo ga’ laku, anggap aja ngajak kambing jalan-jalan cari udara seger ketimbang ngebiarin si kambing horny mulu ngeliat sesama kambing di kandang.

Ternyata usahanya berhasil. Dari 30 orang yang ada di kantor itu, 1 orang beli langsung kambing yang tanduknya paling kecil karena kecil aja sekarang harganya 550 ribu Dan beberapa temannya ada yang pesan 1 kambing hitam legam ukuran sedang. Apa pun itu lah... Pokoknya usaha ’Jemput Bola’ itu berhasil. Gue salut.

Dari situ temen gue dan gue juga sadar. Jaman sekarang, semuanya serba cepat, yang lelet pasti ketinggalan. Ada baiknya para eksekutip berpendidikan luar negeri berbalut dasi satin Mark & Spencer, belajar dari si bapak itu yang lulus SD juga belom tentu. Daripada diem di kantor AC dingin dan berkursi empuk, mendingan ‘Jemput Bola’, cari client sebanyak-banyaknya, jemput sesuatu yang dipengenin.

Selamat Hari Raya Idul Adha, teman-teman :)

Note: Akhirnya temen gue juga beli kambing dari si bapak itu, kambing bule bertanda hitam di jidatnya, dikasih nama Kalil (hasil browsing di internet) yang artinya sahabat yang baik. Tadi pagi katanya dikasih makan apel dan wortel sebelum (Insya Allah) nanti hari kamis dipotong di masjid. Sambil megangin wortelnya dia bilang ke Kalil, “Tunggu gue di surga ya, Lil.”

No comments: